Ganjar Pranowo tidak melakukan politik identitas, ia hanya memunculkan identitas-nya sebagai seorang Muslim

Jakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI M. Nabil Haroen menyebutkan bakal calon presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo merupakan figur nasional dan religius.

"Ganjar Pranowo memang seorang yang religius, ia sosok yang sebenarnya santri secara tradisi. Jadi, memang bukan seolah-olah, tapi itulah gambaran religius-nya," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Pernyataan itu disampaikan Gus Nabil menanggapi tayangan video klip adzan di salah satu stasiun televisi swasta, yang menampilkan sosok Ganjar Pranowo.

"Video itu merupakan gambaran nyata dari keseharian Mas Ganjar, tidak ada yang ditambah-tambahkan. Itu merupakan kondisi nyata dari ritual keseharian, sebagai seorang yang dibesarkan dari kultur Islam tradisional dan nasionalis," jelasnya.

Kata dia, Ganjar menunjukkan identitas sebagai orang Jawa yang beragama Islam, sesuai apa adanya. Identitas Islam itu wajar dan bagian dari keseharian.

Baca juga: Komunikolog Indonesia: Tak ada masalah dengan wajah Ganjar di adzan

Baca juga: Wamenag: Sosok Ganjar di tayangan azan tv bukan politik identitas

Gus Nabil menegaskan identitas Islam beda dengan politik identitas. Identitas islam memunculkan secara proporsional dari apa yang dimiliki oleh seseorang, sebagai bagian dari hak.

"Ganjar Pranowo tidak melakukan politik identitas, ia hanya memunculkan identitas-nya sebagai seorang Muslim," ujarnya.

Selain itu, Ganjar juga bagian dari keluarga santri. Mertuanya juga seorang Kiai, yang mengasuh pesantren dan bagian dari jaringan keluarga santri yang cukup besar.

"Ganjar dekat dengan kiai-kiai di berbagai kawasan, beliau sering sowan dan ngaji dari kiai-kiai. Semisal, almarhum Kiai Maimun Zubair, Kiai Mustofa Bisri, Gus Baha, Habib Luthfi bin Yahya dan beberapa kiai lain," ungkapnya.

Sebelumnya, Ganjar Pranowo muncul dalam video azan magrib di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Tayangan tersebut menimbulkan persepsi dan dikaitkan dengan politik identitas.

Atas kejadian itu, KPI meminta stasiun televisi yang menayangkan tayangan azan tersebut untuk memberikan klarifikasi.

"Kami tengah lakukan kajian terhadap hal tersebut dan kami minta segera klarifikasi Lembaga Penyiaran yang menayangkan," ujar Komisioner Bidang Pengawasan Isi Siaran KPI Aliyah dikutip dari keterangan tertulis yang sama.

Aliyah menyebut KPI telah mengirimkan surat ke stasiun televisi yang bersangkutan. Hal itu guna menanyakan kesediaan waktu pihak stasiun televisi untuk klarifikasi.

"Kami sudah mengirimkan surat tinggal nunggu respons kesediaan waktu dari pihak lembaga penyiaran," ucap Aliyah.

Pewarta: Fauzi
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023